Peretasan Facebook dan Google: Ketika Dua Raksasa Teknologi Dunia Tertipu Rp 1,5 Triliun Lewat Skema Phishing Paling Canggih dalam Sejarah
Pendahuluan: Penipuan yang Mengguncang Dunia Teknologi
Di tengah dominasi dua raksasa teknologi—Facebook dan Google—pada era digital 2010-an, dunia meyakini bahwa perusahaan sebesar mereka pasti memiliki sistem keamanan siber yang sulit ditembus. Namun kenyataannya, antara tahun 2013 hingga 2015, kedua perusahaan itu justru berhasil ditipu oleh sekelompok penjahat siber melalui kampanye phishing yang sangat canggih. Kerugiannya tidak main-main: lebih dari USD 100 juta, atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Kisah ini menjadi salah satu penipuan digital paling berani dalam sejarah modern, bukan hanya karena skalanya yang besar, melainkan juga karena targetnya adalah perusahaan teknologi dengan sistem keamanan kelas dunia. Bagaimana para pelaku mampu memperdaya raksasa sebesar Google dan Facebook? Apa celah yang mereka manfaatkan? Bagaimana mereka bisa membuat perusahaan-perusahaan dengan ribuan pakar keamanan tertipu begitu lama?
Artikel panjang ini akan mengulas secara detail tentang bagaimana penipuan ini terjadi, siapa otaknya, bagaimana metode phishing digunakan, dan apa pelajaran penting yang bisa diambil oleh dunia bisnis maupun individu agar kejadian serupa tidak terulang.
Bab 1: Latar Belakang – Ketika Kepercayaan Menjadi Senjata Penipu
Skema penipuan yang menjerat Facebook dan Google ini tidak muncul begitu saja. Dalam dunia korporasi global, transaksi keuangan lintas negara adalah sesuatu yang biasa. Setiap perusahaan besar menggunakan vendor, perusahaan pemasok, konsultan, alat digital, dan berbagai layanan pendukung untuk menjaga operasional berjalan lancar.
Facebook dan Google pun tidak berbeda. Kedua perusahaan besar ini bekerja sama dengan ratusan vendor teknologi dari seluruh dunia, termasuk perusahaan yang menyediakan perangkat keras, perangkat jaringan, dan berbagai layanan teknis lainnya. Salah satu vendor tersebut adalah Quanta Computer, sebuah perusahaan manufaktur dan teknologi asal Taiwan yang sah, bereputasi besar, dan bekerja dengan banyak perusahaan global.
Para pelaku penipuan sadar bahwa dalam rantai bisnis global, kepercayaan antara vendor dan klien adalah celah yang dapat dieksploitasi. Mereka memutuskan memanfaatkan identitas perusahaan besar tersebut untuk menyamar dan menciptakan skema pembayaran palsu. Tujuannya sederhana: membuat Google dan Facebook mengirim uang ke rekening mereka tanpa curiga.
Bab 2: Otak di Balik Penipuan – Siapakah Eva K. atau Evaldas Rimasauskas?
Pelaku utama dalam skema ini adalah seorang pria asal Lithuania bernama Evaldas Rimasauskas. Ia bukan peretas kelas dunia yang menembus server raksasa, tetapi seorang penipu yang sangat ahli dalam rekayasa sosial dan manipulasi dokumen.
Dengan tim kecilnya, Rimasauskas menjalankan perusahaan palsu yang namanya dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan Quanta Computer, vendor asli yang sering bekerja sama dengan perusahaan teknologi besar. Mereka membuat:
- Website palsu
- Email palsu yang menyerupai domain asli Quanta Computer
- Rekening bank yang dibuka atas nama perusahaan palsu
- Tagihan invoice yang dibuat sangat profesional
Dengan persiapan matang ini, mereka siap melancarkan aksi penipuan terbesar dalam karier mereka.

Bab 3: Metode Phishing yang Digunakan – Serangan yang Tidak Menyerang Sistem, Melainkan Manusia
Skema yang dijalankan bukan serangan hacking yang merusak server atau mencuri data rahasia. Ini adalah Business Email Compromise (BEC), atau penipuan melalui email bisnis, yang memanfaatkan kelalaian manusia dan kepercayaan antar-perusahaan.
Metode yang digunakan antara tahun 2013 hingga 2015 meliputi:
1. Domain Palsu
Pelaku membuat domain email yang sangat mirip dengan domain asli Quanta Computer. Misalnya, mengubah satu huruf atau menambahkan karakter sulit terlihat.
Contoh:
- Asli: @quanta.com
- Palsu: @quantra.com atau @quanta.co
Perubahan kecil seperti ini dapat dengan mudah terlewat oleh staf administrasi keuangan.
2. Invoice Palsu yang Sangat Meyakinkan
Invoice berisi:
- Nomor kontrak
- Rincian pesanan
- Daftar perangkat keras
- Tanda tangan digital palsu
- Stempel perusahaan yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya
Semua ini ditata profesional dan tampak legal.
3. Rekening Bank Palsu
Uang yang dikirim oleh Google atau Facebook masuk ke rekening perusahaan palsu yang didaftarkan oleh pelaku di Latvia, Siprus, dan negara lain.
4. Komunikasi Email Formal
Pelaku melakukan komunikasi email dengan gaya profesional, lengkap dengan:
- Bahasa bisnis yang sopan
- Template email khas perusahaan
- Nomor kontak palsu
- Dokumen pendukung lain
Sehingga staf keuangan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
5. Penjadwalan Pembayaran yang Sesuai Prosedur
Invoice yang dikirim dipastikan sesuai dengan:
- Siklus pembayaran bulanan
- Jadwal pengiriman barang
- Penagihan biasa sesuai proyek yang memang sedang berjalan
Inilah letak kecerdikan pelaku: mereka tidak meminta sesuatu yang aneh. Semuanya tampak normal dalam proses bisnis.
Bab 4: Bagaimana Facebook dan Google Bisa Tertipu?
Banyak orang mempertanyakan: bagaimana perusahaan raksasa dunia bisa tertipu oleh metode sederhana?
Ada beberapa faktor:
1. Volume Transaksi yang Tinggi
Google dan Facebook memproses ribuan invoice setiap bulan. Memeriksa secara detail setiap dokumen bisa menjadi tantangan besar.
2. Vendor Utama yang Memang Reputasinya Besar
Quanta Computer adalah perusahaan resmi yang memang sering bekerja sama dengan mereka. Jadi invoice dari vendor tersebut tidak dianggap mencurigakan.
3. Rekayasa Sosial yang Sangat Presisi
Pelaku melakukan riset mendalam mengenai proyek apa saja yang sedang berlangsung antara vendor dan klien. Ini membuat invoice mereka terlihat sangat relevan.
4. Celah dalam Verifikasi Internal
Pada saat itu, prosedur verifikasi email vendor belum seketat sekarang. Selama nama perusahaan dan detail invoice cocok, staf mungkin menganggap itu valid.
5. Ketiadaan Kecurigaan Karena Nominal Sesuai
Invoice tidak berisi angka yang mencurigakan. Mereka menggunakan jumlah yang realistis untuk pesanan perangkat keras yang memang lazim dipesan.
Bab 5: Terungkapnya Penipuan – Titik Balik yang Membongkar Skema
Penipuan ini tidak langsung terungkap. Butuh waktu beberapa tahun hingga sistem audit internal dan pihak bank mendeteksi adanya kejanggalan.
Tanda-tanda awal:
- Pembayaran ke rekening yang tidak biasa
- Bank internasional mempertanyakan transaksi besar yang tampak tidak sejalan
- Audit internal Facebook dan Google menemukan tagihan ganda
Setelah dilakukan investigasi mendalam, fakta yang mencengangkan terungkap: kedua perusahaan sudah mengirimkan total lebih dari USD 100 juta ke perusahaan palsu.
Penyelidikan internasional pun dilakukan, melibatkan:
- FBI
- Otoritas Lithuania
- Penegak hukum dari beberapa negara Eropa
Akhirnya, Rimasauskas ditangkap dan diekstradisi ke Amerika Serikat.
Bab 6: Dampak Besar bagi Dunia Siber
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi industri teknologi global.
1. Tidak Ada Perusahaan yang Tak Tertembus
Kasus ini membuktikan bahwa faktor manusia tetap menjadi titik lemah terlemah dalam keamanan siber.
2. Standar Keamanan Email dan Vendor Diperketat
Setelah kejadian ini, banyak perusahaan memperkuat:
- Sistem verifikasi dua langkah untuk pembayaran
- Validasi domain email
- Prosedur pencocokan vendor
3. Dunia Menyadari Bahaya BEC
Business Email Compromise kini diakui sebagai salah satu bentuk kejahatan siber paling merugikan di dunia.
4. Pelajaran Penting untuk Masyarakat dan Pelaku Usaha
Kasus ini menunjukkan bahwa teknologi canggih tidak dapat menggantikan kewaspadaan manusia.
Bab 7: Cara Menghindari Serangan Serupa
Untuk perusahaan dan individu, pelajaran yang dapat diambil adalah:
1. Selalu Memeriksa Domain Email
Perbedaan satu huruf bisa menjadi indikator penipuan.
2. Verifikasi Nomor Rekening dengan Penelepon Resmi
Jangan melakukan pembayaran hanya berdasarkan email.
3. Gunakan Sistem Keamanan Multi-Faktor
4. Perbarui Pelatihan Keamanan Siber Secara Berkala
5. Lakukan Audit Berkala pada Proses Pembayaran
Kesimpulan
Kasus penipuan yang menimpa Facebook dan Google antara 2013–2015 menjadi bukti bahwa bahkan perusahaan paling canggih di dunia pun bisa jatuh dalam perangkap penipuan yang direncanakan secara matang. Lebih dari USD 100 juta berhasil dicuri tanpa meretas sistem apa pun. Ini adalah bukti betapa kuatnya rekayasa sosial dan betapa pentingnya kewaspadaan dalam dunia digital modern.
Serangan phishing bukan hanya ancaman bagi pengguna individu, tetapi juga bagi raksasa teknologi global. Oleh karena itu, keamanan siber harus menjadi prioritas bagi semua pihak—baik perusahaan maupun masyarakat umum.


